Kamis, 09 November 2017

Marc Marquez Rela Dovizioso Juarai MotoGP Valencia


Valencia - Pebalap tim Repsol Honda, Marc Marquez, mengaku tak masalah jika Andrea Dovizioso finis terdepan pada MotoGP Valencia, akhir pekan ini. Meski Dovi meraih podium pertama, Marquez mengincar gelar juara dunia.


Persaingan Marc Marquez dan Andrea Dovizioso dalam perburuan gelar juara dunia MotoGP 2017 berlangsung sengit. Marquez berada di posisi teratas klasemen sementara pebalap dengan nilai 282, unggul 21 poin atas Dovi di tempat kedua.

Dengan balapan yang menyisakan satu seri lagi di Sirkuit Ricardo Tormo, Valencia, Minggu (12/11/2017), pebalap asal Spanyol itu minimal harus finis di peringkat 11 jika ingin mengunci titel juara.

Tambahan lima poin telah cukup membuat Marquez menjadi rider terbaik pada tahun ini, meski pun Dovizioso meraih podium pertama di MotoGP Valencia.

"Saya telah belajar selama bertahun-tahun jika memenangkan kejuaraan dunia lebih penting dibandingkan balapan," ujar Marquez.

"Jika saya mengakhiri tahun ini dengan enam kemenangan dan Dovi tujuh, tidak ada bedanya bagi saya. Sebulan dari sekarang, tidak ada yang akan mengingatnya, namun titel juara dunia akan dikenang selamanya," lanjut rider asal Spanyol tersebut.

Jika berhasil keluar sebagai pemenang, Marc Marquez bakal mengoleksi empat trofi juara dunia MotoGP. Sebelumnya, dia telah meraih titel serupa pada 2013, 2014, dan 2016.

Minggu, 01 Oktober 2017

Asal-Usul Kaki Valentino Rossi Suka Turun Saat di Tikungan


Pastinya bagi para penggemar pebalap MotoGP Valentino Rossi sering memperhatikan idolanya itu menurunkan kaki saat motornya berada di tikungan. Hal itu rupanya bermula pada tahun 2005 saat Rossi membalap rivalnya Sete Gibernau di tikungan terakhir balapan seri Jerez. 

Rossi saat itu melakukan pengereman yang cukup dalam disertai dengan kakinya harus turun sebelah untuk mengendalikan laju motornya. Sejak saat itulah gerakan kaki turun ala Rossi yang biasa disebut 'Doctor Dangle' menjadi standar saat para pebalap bermanuver di tikungan. 
Melansir Redbull, Kamis (21/9/2017), meski begitu hingga saat ini belum ada penjelasan pasti mengapa para pebalap melakukan hal itu termasuk dari Rossi sendiri. Ada yang mengatakan itu bisa menambah stabilitas saat mengerem dengan memindahkan pusat gravitasi saat berbelok.

Ada juga yang bilang menurunkan sebelah kaki saat mengerem bisa menambah daya pengereman sehingga lebih cepat saat mengerem dibanding tanpa bantuan kaki. Beberapa bahkan mengatakan hanya mengikuti gaya Rossi saja untuk mengikuti tren. 

Tetapi ada salah satu pebalap yang enggan mengikuti tren pengereman dengan kaki itu. Seperti Jorge Lorenzo. Pebalap asal Spanyol itu menyatakan aksi penurunan kaki saat pengereman itu bukan merupakan suatu keharusan yang wajib dilakukan pebalap sekelas MotoGP. Lorenzo lebih memilih untuk melakukan pengereman lebih dulu sebelum tikungan. 
Hingga saat ini belum ada aturan yang jelas juga dari penyelenggara MotoGP, Dorna Sports bahwa aksi tersebut ilegal atau tidak. Pebalap juga masih banyak yang melakukan trik menurunkan kaki sebelum berbelok di tikungan.

Di Motegi, Lorenzo Pede Kejar Kemenangan Pertama dengan Ducati



Jorge Lorenzo merasa sudah kian dekat pada kemenangan pertamanya bersama Ducati. Ia merasa percaya diri dengan peluang untuk mewujudkannya di Motegi.

Selama sembilan tahun kariernya di kelas primer, Lorenzo sudah mencatatkan 44 kemenangan bersama Yamaha. Tapi belum satu pun podium teratas berhasil ia pijak bersama Ducati pada 2017.

Pada musim pertamanya dengan pabrikan Italia tersebut, pencapaian terbaik Lorenzo sejauh ini baru dua podium. Yang pertama di Jerez pada awal Mei lalu dan yang kedua di dalam MotoGP Aragon.

Dalam balapan akhir pekan lalu itu, Lorenzo sempat memimpin sampai 15 putaran. Namun, akhirnya harus puas menuntaskan balapan di posisi ketiga. Ia terpaut sekitar 2 detik dari Marc Marquez yang jadi pemenang.

"Yang penting adalah kami kian dekat pada kemenangan. Di sisi lain, sedikit disayangkan sudah memimpin di depan dan dekat dengan kemenangan, melihat Marc dekat sekali, tapi tidak meraih kemenangan. Yang terpenting adalah kami terus membuat kemajuan, terutama dari perspektif saya," ujar Lorenzo seperti dilansir Autosport.

"Sudah lebih mengenal motornya, bagaimana caranya agar bisa menggeber sampai maksimal, terutama dalam balapan, untuk Ducati. Dan tim selalu memberi saya rincian yang membuat situasi jadi lebih mudah dan kami pun jadi bisa membuat peningkatan dengan sangat cepat. Podium ini bagus dan sudah pasti kemenangan terasa sudah sangat dekat," ucapnya.

Lorenzo percaya kesempatan untuk meraih kemenangan pertamanya di Ducati itu bahkan secara realistis bisa terjadi dalam seri balapan berikutnya di Motegi, Jepang. Di kelas primer sejauh ini, Lorenzo sudah pernah tiga kali menang di sirkuit tersebut.

"Saat ini Aragon tidak ideal buat motor ini, buat motor kami di tahun-tahun lalu. Satu-satunya mereka sangat kompetitif di sini adalah dalam debut pada 2010, tapi tahun lalu bukanlah sirkuit yang menyenangkan (buat) Ducati," kata Lorenzo. 

"Tapi di Motegi bisa jadi, dan itu merupakan seri berikutnya, jadi saya berharap banyak dari sirkuit tersebut. Ini merupakan salah satu sirkuit favorit saya, banyak titik pengereman keras, membutuhkan banyak akselerasi, di sana kami bisa kembali berusaha mengejar kemenangan," tuturnya. 

MotoGP Jepang di Motegi baru akan dihelat pada 15 Oktober mendatang.

Marquez Kian Unggul, Akankah Rossi Memberi Jalan untuk Vinales?



Marc Marquez makin jauh meninggalkan pesaingnya di klasemen MotoGP. Supaya kans Maverick Vinales tetap terbuka, akankah Valentino Rossi memberi jalan buat rekannya?

Setelah balapan di Aragon pada akhir pekan lalu, Vinales tertinggal 28 poin dari Marc Marquez. Kans Vinales mengejar ketinggalan poinnya tentu masih besar karena balapan masih menyisakan empat seri lagi.

Tapi mengejar Marquez bukan pekerjaan mudah. Apalagi Marquez tampil sangat konsisten dengan terus naik podium dalam delapan balapan terakhir, kecuali saat crash di Inggris. Sementara dalam kurun yang sama Vinales cuma naik podium dua kali.

Vinales butuh penampilan terbaiknya di empat balapan tersisa untuk mengejar Marquez. Tapi karena itu saja tidak cukup, dia mungkin butuh bantuan dari Rossi. Wacana team order pun mulai terangkat.

Peluang Rossi jadi juara dunia nyaris hilang karena dia kini tertinggal 56 angka dari puncak klasemen. Rossi juga tidak dalam kondisi terbaik setelah mengalami kecelakaan beberapa pekan lalu. 

Dalam kondisi seperti itu, Yamaha memastikan kalau tidak akan ada team order dilakukan.

"Kami akan meminta Maverick memberikan penampilan terbaiknya, tapi tidak pernah ada team order di Yamaha dan kami tidak mempertimbangkan untuk melakukan itu sekarang," ucap Direktur Yamaha, Massimo Meregalli di Marca.

MotoGP musim 2017 akan berlanjut pada tengah Oktober mendatang dengan ada tiga balapan beruntun digelar. Pada 15 Oktober race berlanjut di Jepang, lalu ke Phillip Island di 22 Oktober, dan Sepang pada 29 Oktober. Seri penutup dihelat di Valencia, 12 November. 

MotoGP: Teknik Rem Jempol Rossi di Aragon




Penggunaan rem jempol di ajang MotoGP sebenarnya bukan barang baru bagi pembalap. Pengenalan itu sudah terjadi sejak lama untuk mengantisipasi cedera yang dialami pembalap.

Pertempuran yang berlangsung di Sirkuit Aragon pada akhir pekan kemarin akan selalu diingat. Ini tak lepas dari kehadiran Valentino Rossi pada balapan seri 14 MotoGP musim ini.




Namun, ada hal unik ketika melihat kuda besi YZR-M1 milik Rossi. Ya, dia memilih untuk menggunakan rem jempol saat mengaspal di MotoGP Aragon. Ini dilakukan untuk mengurangi rasa sakit pada bagian kaki kanan yang cedera.


Strategi itu bisa dikatakan cukup berhasil lantaran Rossi bisa menempati barisan terdepan pada balapan di MotoGP Aragon. Sayangnya, kesempatan itu tak mampu dipertahankan sehingga ia harus puas menyelesaikan balapan di posisi kelima.


Dari penelitian yang dikutip dari beberapa sumber menyebut, penggunaan rem jempol yang dilakukan Rossi berbeda dengan standar yang telah di uji coba. Dalam pengujian di Brno, The Doctor menggunakan pompa (hidrolis) dan pedal yang terhubung ke pompa belakang yang sama.


Mengetahui cedera yang dialami Rossi, maka dalam hal ini tidak mungkin mengoperasikan rem belakang dengan pompa jempol dan pedal pada saat bersamaan, tapi hanya dengan salah satu dari keduanya. Pembalap Yamaha itu lantas memodifikasi teknisi Brembo yang telah mencatat waktu dengan penjepit pada bagian belakang.


Solusi teknis ini telah dirancang dan dibangun oleh Brembo 25 tahun yang lalu, dan baru-baru ini Rossi mulai menggunakan pump-inch. "Valentino - mereka tahu dari tim Brembo - sudah menguji pompa jempol kami dalam tes setelah balapan di Brno," demikian pernyataan resmi Brembo seperti dikutip dari Ecodibergamo, Minggu (1/10/2017).

Setujukah kalian kalo Marquez sudah Mulai Lewati Capaian-capaian Rossi?


Disebut-sebut sebagai salah satu rider terbaik sepanjang sejarah, Valentino Rossi punya banyak rekor atas namanya. Tapi, satu persatu capaian itu mulai dikejar Marc Marquez.
Keberhasilan terbaru Marquez untuk mengalahkan rekor dan capaian Rossi terjadi di MotoGP Aragon, akhir pekan lalu. Marquez merebut podium teratas, yang membuat dia total sudah mengoleksi 60 kemenangan.
Dikutip dari Marca, Marquez menjadi pebalap termuda yang berhasil meraih 60 kemenangan balapan. Dia meraihnya dalam usia 24 tahun dan 219 hari.
Sedangkan Rossi meraih kemenangannya yang ke-60 saat berusia 25 tahun dan 62 hari. The Doctor mendapatkannya pada balapan di Afrika Selatan tahun 2004.
Podium teratas di Aragon juga membuat Marquez menjadi rider Honda peraih kemenangan paling banyak di kelas MotoGP (34), mengalahkan Rossi yang punya 33 kemenangan saat memperkuat Honda dalam periode 2000 sampai 2003.
Tapi Marquez masih kalah dari Mike Doohan, sebagai rider pemilik kemenangan terbanyak Honda. Pebalap asal Australia itu memberi Honda 54 kemenangan.
Rekor lainnya yang sudah diraih Marquez adalah jumlah pole position paling banyak (71 di semua kelas). Sementara Rossi mengumpulkan 64 pole.
Namun begitu, Marquez masih tertinggal jauh dari Rossi dalam hal jumlah kemenangan (115 : 60), jumlah fastest lap (95 : 53) dan terlebih lagi jumlah podium (226 : 99).
Tapi mempertimbangkan usia Marquez yang belum sampai 25 tahun, bukan tak mungkin pebalap asal Spanyol itu akan bisa mencapai apa yang sebelumnya pernah ditorehkan Rossi.